Hal pertama yang perlu ditekankan disini yaitu bahwa:
TUHAN adalah Sang Komunikator Agung, Mulia dan Kekal yang terus tetap berkarya untuk terwujudnya arti hidup yang penuh kasih, baik di surga maupun di bumi - seperti diakui dalam Alkitab orang Kristen
Pokok diskusi ini adalah untuk menekankan arti penting pemahaman bahwa hakekat komunikasi dalam pandangan theologia Kristen justru melebihi konteks persoalan komunikasi yang sejauh ini diperdebatkan dan diperkembangkan dalam dunia akademis maupun industri. Makna persekutuan yang terjadi dalam kebersamaan hidup menjadi tumpuan utama bagi proses komunikasi yang bersifat indah, berguna, kekal dan mulia, bukan hanya bermakna bisnis
TUHAN adalah Sang Komunikator Agung, Mulia dan Kekal yang terus tetap berkarya untuk terwujudnya arti hidup yang penuh kasih, baik di surga maupun di bumi - seperti diakui dalam Alkitab orang Kristen
Pokok diskusi ini adalah untuk menekankan arti penting pemahaman bahwa hakekat komunikasi dalam pandangan theologia Kristen justru melebihi konteks persoalan komunikasi yang sejauh ini diperdebatkan dan diperkembangkan dalam dunia akademis maupun industri. Makna persekutuan yang terjadi dalam kebersamaan hidup menjadi tumpuan utama bagi proses komunikasi yang bersifat indah, berguna, kekal dan mulia, bukan hanya bermakna bisnis
Berlangsungnya komunikasi dalam pandangan Alkitab memang sudah terjadi sejak dalam masa kekekalan, yaitu ketika TUHAN hadir dalam keberadaanNya yang unik, penuh kuasa dan mengagumkan, serta terus akan berlangsung dengan keindahan yang tiada taranya. Sekalipun keindahan itu juga pernah dirusakkan oleh ulah Lucifer, yang ketika diberi kuasa untuk memimpin pujian surgawi, namun kenyataan dalam nuansa langit dan bumi yang baru (seperti diruaikan dalam Kitab Wahyu) akan terjadi lagi bentuk keindahan yang tetap tidak ada bandingnya. Karena itu, komunikasi yang pada saat sekarang berlangsung di dunia juga perlu menjadi cara yang terbaik untuk mewartakan arti hidup yang selalu bernuansa Komunikasi Ilahi, yaitu mewujudkan KOMUNI KASIH (Community of People with the True Love, the Agape)
Komuni Kasih—adalah suatu bentuk persekutuan hidup manusia yang sudah menyadari arti pemulihan diri sebagai manusia baru yang berhak mewarisi hidup kekal dalam Kerajaan Surga yang kudus dan mulia, namun sekaligus merupakan sarana bersaksi yang terbaik dan terindah bagi lingkungan orang-orang yang belum menemukan arti pemulihan hidup di dalam Kristus Yesus. Arti pemulihan dalam DIA inilah yang membuat setiap orang mampu melihat jati diri masing-masing –yang hanya mungkin de-ngan menggunakan mata rohani yang baru, yang diberikan setelah mereka bersedia disalibkan, mati dan bangkit bersamaNya. Keunikan Yesus dalam karya pemulihan inilah yang sungguh menarik, karena dalam kedudukanNya sebagai TUHAN Sang Maha Pencipta ternyata juga tetap rela merendahkan diri dengan mengalami penderitaan salib—walaupun tetap penuh dengan kuasa dan kemulianNya—justru hanya bertujuan untuk memulihkan arti kemanusiaan yang utuh, sesuai dengan standar kekudusan yang telah ditetapkanNya. Hal ini pula yang sesungguhnya sudah merupakan “harga” yang harus dibayar—yaitu biaya yang harus dikorbankan—untuk mewujudkan arti Komuni Kasih yang Kekal
Komuni kasih juga dapat dibaca bahwa dari sejak awal penciptaan alam semesta, ketika Tuhan memberkati setiap hasil karya-Nya—bahkan dengan sebutan “baik,” hal tsb tentu juga berarti teratur, indah, mulia dan kudus. Dalam hal ini—secara logika—tentu tidak akan mungkin dilahirkan karya cipta dlm kondisi kekacauan jika dari pihak Pencipta sendiri (yaitu TUHAN dalam kedudukannya sebagai suatu persekutuan) juga tidak memiliki dan memulai dari rasa kasih dalam kebersamaan yang serba ilahi.
Secara praktis, dalam hidup manusia juga tetap berlangsung nuansa keindahan yang terwujud dalam bentuk tertentu, yaitu justru ketika mereka sendiri berawal dari kondisi“ketiadaan” dan semua itu ternyata hanya dimulai dari kebersamaan yang penuh kasih. Artinya, nuansa indah atau tidak indahnya kebersamaan suami-isteri dalam ikatan persekutuannya yang paling dalam tentu baru akan terbukti ketika keduanya dipersatukan oleh ikatan kasih yang sejati, bukan sekedar nafsu atau apalagi dalam situasi keterpaksaan dan sekedar “memenuhi kewajiban” tertentu.
Peristiwa eskatologis yang berupa penghakiman akhir bagi setiap manusia di dunia ini juga tetap merupakan suatu perwujudan dari makna komuni kasih, karena pada saat tersebut memang merupakan puncak dari wujud pemberian kedudukan yang paling mulia bagi manusia baru, khususnya bagi mereka yang telah menyadari jati dirinya sebagai citra ilahi. Komuni Kasih benar-benar akan berlangsung abadi setelah TUHAN memisahkan kelompok orang-orang yang terpilih sesuai dengan standarnya dari antara mereka yang hanya ingin menuruti kehendak mereka sendiri atau kuasa lainnya.
Beberapa Catatan Penting:
1. Prinsip Komunikasi Kristen seharusnya diperkembangkan sedemikian rupa dalam hidup beriman, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, masyarakat dan bangsa maupun dalam lingkungan pergaulan dunia, yang tetap masih harus merupakan suatu perwujudan citra komunikasi ilahi. Komunikasi Ilahi ini hendaknya dibangun dan terus berlangsung de-ngan penuh Kasih, bersifat Kekal, Mulia, Kudus, Indah & ditopang oleh KuasaNya yang tidak terbatas, serta tetap terwujud dengan sentuhan yang Lembut dan bernuansa Etis. Jika ada bentuk komunikasi tidak berlangsung seperti itu maka sudah menyalahi prinsip. Perlu diketahui juga bahwa jika dibandingkan dengan para malaikat, jelas bahwa manusia dapat menikmati arti komunikasi yg jauh lebih utuh, yaitu karena mendapatkan rahmat untuk memperoleh pengampunan atas keberdosaannya. Para malaikat yang telah jatuh tidak pernah mendapatkan pengampunan tersebut.
2. Manusia diciptakan untuk menjadi makhluk komunikasi (Homo Communicare) yang sanggup berkomunikasi dengan TUHAN dan sesama maupun lingkungan alam semesta, yaitu dalam kedudukannya sebagai penjaga (juru kunci) taman Tuhan, serta harus dapat mempertanggung-jawabkannya dengan baik. Hal itu pernah terjadi ketika Adam dan Hawa belum berdosa dan masih tinggal di Taman Eden. Adam pada ketika itu mampu berkomunikasi dengan segala bentuk hewan (dan menamainya), mengenal dengan baik semua tanaman yang layak untuk dimakan dan membedakannya dengan “tanaman terlarang”. Bahkan sejalan dengan itu, manusia Adam dan Hawa juga sanggup untuk merasakan kehadiran Tuhan, justru hanya dari suara-angin yang berdesir. Namun demikian, ketika Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa maka kunci (“hak prerogatif”) untuk tetap tinggal di Taman Eden harus dicabut, sehingga mereka berdua dan keturunannya telah berubah menjadi makhluk-makhluk yang terasing dan tidak lagi bersahabat dengan lingkungan-nya. Lebih dari itu, seluruh alam sekitarnya justru terasa telah berubah menjadi musuh yang harus ditaklukkan, karena kepada mansuia berdosa maka semua itu hanya memberikan “onak dan duri.”
3. Iman merupakan kunci rohani yang hanya akan diberikan oleh Tuhan kepada manusia yang layak menerimanya (dan tidak dapat dipalsukan oleh siapapun) untuk kembali dapat masuk dalam tahta Tuhan yang bernuansa kekudusan dan kemuliaan. Hal ini mirip pula dengan pemberian “password” (kata kunci, kartu legalisasi) yang dikenakan dalam setiap bentuk komunikasi informatika, baik dalam acara radio atau televisi, telepon ataupun sarana komunikasi digital yang sudah sampai taraf 3-G untuk telepon seluler. Jika kodenya tidak dalam taraf yang sama (bahkan mungkin saja hanya karena perbedaan antara titik dengan koma sekalipun) maka untuk seterusnya tetap tidak akan pernah terjadi sebentuk hubungan komunikasi yang formatnya memang sudah tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar